INILAH.COM, Jakarta - Runtutan peristiwa gempa sepanjang 10 tahun terakhir di Indonesia, membentuk suatu alur pergerakan dan kekuatan gempa. Terungkap bahwa, gempa besar berkekuatan 9 Skala Ricter terjadi setelah ada serangkaian gempa berkekuatan di atas 5 Skala Richter di wilayah Indonesia Timur.Enam puluh pakar gempa berkumpul di Padang, pada tanggal 24-28 Agustus 2008. Mereka berasal dari Amerika Serikat, Jepang, Jerman, Perancis, Taiwan (35 orang) dan Indonesia (25 orang). Pertemuan itu disebut sebagai "Internasional Meeting on Sumatran Earthquake Challenge", dan digelar atas kerjasama Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), California Institute of Technology (Caltech) dan Japan Society fot Promotion of Science (JSPS).
Kesimpulan dari pertemuan itu mengejutkan. Bahwa Kota Padang merupakan daerah yang paling rawan terhadap potensi terjadinya tsunami di Dunia. Kejadian itu merupakan pengulangannya sekitar 200 tahun ke depan sejak tsunami terakhir di kota itu yang terjadi pada tahun 1833.
Pertemuan itu juga menyimpulkan, bahwa potensi besar bencana gempa dan tsunami di Padang, kemudian akan merambat ke kabupaten dan kotamadya sekitarnya, termasuk Pariaman, Mentawai dan akan terus ke Bengkulu, Anyer (selat sunda), Lampung dan Pelabuhan Ratu.Prediksi hasil kajian para pakar pada pertemuan 24-28 agustus 2008 itu pun terjadi dan tepat. Pada 30 September 2009 terjadilah gempabumi di Padang, Pariaman dan sekitarnya dengan kekuatan mencapai 7,6 SR.
Dalam rilis yang dikeluarkan oleh Tim Staf Khusus Presiden bidang Bantuan Sosial dan Bencana, Sabtu (29/5), diungkapkan bahwa wilayah gempa di Indonesia membentuk sebuah alur lokasi rawan gempa.
Gempa di Jawa, meliputi wilayah selat Sunda, Sukabumi, Cianjur, Jakarta, Bandung, Tasikmalaya, Ciamis, Cilacap, Yogyakarta, hingga daerah Jawa Timur. "Gempa Jawa tercatat cukup banyak dan besar tahun demi tahun," kata Andi Arief, Staf Khusus Presiden bidang Bantuan Sosial dan Bencana.
Sementara gempa di Indonesia Barat (Sumatra), meliputi wilayah Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Bengkulu hingga Sumatra Selatan. "Gempa Sumatra tercatat sangat banyak dan besar tahun demi tahun," kata Andi.
Selanjutnya, gempa di Indonesia Timur dimulai dari Sumbawa, Flores, Timor, Sulawesi, Maluku hingga Irian.
Pertanyaannya, apakah gempa tersebut memiliki pola hubungan antar waktu? "Data yang ditemukan oleh Tim Stafsus sangat mengejutkan," kata Andi Arief.
Diungkapkan, gempa terbesar terjadi di Sumatra, tanggal 26 Desember 2004. Kekuatannya 9,1 Skala Richter. Kemudian, gempa besar terjadi lagi pada tanggal 28 Maret 2005 dengan kekuatan 8,6 Skala Richter.
"Gempa kembali berulang tanggal 12 September 2007 dengan kekuatan 8,5 Skala Richter. Ini sama, gempa besar terjadi di wilayah yang sama dalam kurun waktu 27 sampai 30 bulan," ungkap Andi Arief.
Data berikutnya: pada tanggal 12 September 2007 terjadi gempa berkekuatan 8,5 Skala Richter. Ini merupakan gempa setelah 16 hari, 6 bulan, 2 tahun dari gempa sebelumnya, yaitu tanggal 28 Maret 2005 yang berkekuatan 8,6 Skala Richter.
Pada tanggal 26 Desember 2004, terjadi gempa paling besar, yaitu berkekuatan 9,1 Skala Richter. Ini merupakan gempat yang terjadi setelah 23 hari 2 bulan 2 tahun dari gempa sebelumnya, yaitu gempa tanggal 2 November 2002, yang berkekuatan 7,4 Skala Richter.
"Gempa ini juga merupakan gempa setelah 30 hari, 5 bulan, 2 tahun dari gempa sebelumnya, yaitu gempat tanggal 4 Juni 2000, yang berkekuatan 7,9 Skala Richter," kata Andi Arief.
Kajian ini disampaikan dalam presentasinya di Universitas Teknologi Nanyang Singapura, pada 15 Oktober 2009. Dikatakan oleh Sieh, gempa 7,6 Skala Richter yang mengguncang Padang, Sumatera Barat, berdurasi 45 detik.
Dia memperkirakan gempa selanjutnya akan memiliki durasi 6 kali lebih lama dibanding gempa 30 September 2009 itu.
Metodologi yang digunakan adalah dengan menggunakan specimen koral dari wilayah Sumatera untuk mengetahui alur tren gempa. Berdasarkan analisinya, gempa 30 September lalu hanyalah pertanda bahwa akan ada gempa yang lebih besar yang akan terjadi.
Staf Khusus Presiden Bindang Bantuan Sosial dan Bencana, Andi Arief mengungkapkan, dalam catatan sejarah yang di desk-nya, gempa 9,1 Skala Richter terjadi pada tanggal 4 Juni 2000 dan tanggal 2 November 2002.
"Gempa ini terjadi setelah sebelumnya ada gempa dengan kekuatan yang tidak terlalu besar. Sehingga, tenaga gempa terkumpul sangat luar biasa besar dari masa-masa sebelumnya, yang mengakibatkan gempa yang kekuatannya sangat besar," kata Andi.
Diungkapkan juga, dalam International Symposium on Earthquake and Precursor, dengan tema “On The Possibility of Establishing For Earthquake Precursors Monitoring System�, yang diselenggarakan oleh JISNET dan Task Force Meeting on Establishment of Monitoring Network of Tsunami Early Warning Systems in South East Asia di Bukittinggi, Sumatera Barat, pada 16-20 November 2009, hal ini diungkap juga.
Profesor John Mc Closkey, ahli Gempa bumi, Kepala Geofisika Research Group di Ulster's Environmental Sciences Research Institute telah membuktikan prediksi yang sama.
Sangat mungkin, gempa itu membuat gempa besar berikutnya. Menurut Profesor John McCloskey, dalam korenspondennya tentang “The September 2009 Padang earthquake� yang diterbitkan oleh Nature Geoscience's Journal pada 17 Januari 2010 mengungkapkan, gempa di tahun 2005 akan menimbulkan gempa susulan besar setelah gempa dan tsunami Aceh.
Gempa bumi yang mengguncang Padang, Sumatra Barat pada bulan September tahun lalu menewaskan lebih dari 1000 orang itu diprediksikan bukan 'gempa bumi besar'
Dari data yang dilansir oleh Tim Staf Khusus Presiden bidang Bantuan Sosial dan Bencana diungkapkan, bahwa ada tiga wilayah rawan gempa. Yaitu Indonesia Timur, Indonesia Barat dan kawasan Jawa.
sumber : inilah.com
0 komentar:
Posting Komentar